Senin, 19 Maret 2012

makalah Ilmu Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai peranan yang besar dalam memajukan suatu bangsa. Tujuan pendidikan itu merupakan tujuan dari negara itu sendiri. Bangsa Indonesia merdeka setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ialah terbebasnya suatu bangsa dari belenggu penjajahan.
Mengamati perjalanan sejarah pendidikan Islam sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Perjuangan para tokoh Muslim yang berupaya sekuat tenaga untuk mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga–lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren, majlis taklim dan sebagainya. Dari lembaga inilah kemudian lahir tokoh-tokoh muslim yang berperan besar dalam mewujudkan kemerdekaan dan membela risalah Islam.

B.     Rumasan Masalah
1.      Bagaimana Pendidikan Islam Pada masa Reformasi?
2.      Apa Tujuan Setiap Jenjang Pendidikan Islam pada Masa reformasi?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pendidikan Islam pada masa reformasi
2.    Untuk mengetahui tujuan setiap jenjang pendidikan Islam pada masa reformasi


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan Islam pada Masa Reformasi
Sejarah pendidikan pada masa Reformasai dimulai sejak berakhirnya masa orde Baru yang dipimpim oleh Soeharto. Lengsernya Soeharto dari kepresidenan pada tahun 1998 menjadi tonggak dimulainya pendidikan islam pada masa reformasi.
Reformasi merupakan suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut Arti kata dalam bahasa indonesia adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto  atau era setelah Orde Baru.[1]
Program peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh pemerintah Orde Baru akan mulai berlangsung pada Pelita VII terpaksa gagal, krisis ekonomi yang berlangsung telah mengubah konstelasi politik maupun ekonomi nasional. Secara politik, Orde Baru berakhir dan digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai “Reformasi Pembangunan” meskipun demikian sebagian besar roh Orde Reformasi masih tetap berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan, berupa adanya kebebasan pers dan multi partai.
Dalam bidang pendidikan kabinet reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis. Tugas jangka pendek Kabinet Reformasi yang paling pokok adalah bagaimana menjaga agar tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi dan tidak banyak yang mengalami putus sekolah.
            Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis yang berkepanjangan, beban pemerintah menjadi sangat berat. Sehingga terpaksa harus memangkas program termasuk didalamnya program penyetaraan guru-guru dan mentolerir terjadinya kemunduran penyelesaian program wajib belajar 9 tahun. Sekolah sendiri mengalami masalah berat sehubungan dengan naiknya biaya operasional di suatu pihak dan makin menurunnya jumlah masukan dari siswa. Pembangunan di bidang pendidikan pun mengalami kemunduran.
            Beberapa hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum terpenuhi secara maksimal ialah:
a)      Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan       sosial kelas bawah.
Lapisan bawah pirsmida sosial ini kurang didekati secara metodologis, nilai dan potensinya, disamping struktur sosial bawah yang belum mampu mengantisispasi makna dari pendidikan agama karena mereka memandang arti pendidikan agama melalui kaca mata materi. Lulisan sekolah agama lebih-lebih sarjananya dipandang nilai gengsinya lebih rendah di bandingkan dengan para insinyur, dokter dan sarjana-sarjana lain yang non agama dipandang memiliki masa denpan jauh lebih baik dari pada sarjana-sarjana agama.
b)      Kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis.
Hal ini terlihat pada kenyataan belum berfungsinya lembaga-lembaga keagamaan secara penuh dalam partisipasi fungsionalnya terhadap pembangunan. Pendidikan Islam dan lembaga-lembaga agama lainnya memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan aspek-aspek ritual keagamaan dan bersifat sektoral, sementara kebanyakan penerjemahan nilai-nilai keagamaan dan pendidikan agama secara aktual (bil hal) sangat minim, bahkan masih dalam taraf proses menuju titik pandang yang strategis. Meskipun pemikiran dan aplikasi pendidikan Islam kearah masyarakat bawah telah dimulai dirasakan, mengingat pendidikan Islam yang memang berasal dari masyarakat bawah, akhirnya upaya tersebut belum berarti banyak.
c)      Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini.
Karena secara otomatis lahan pekerjaan bagi tamatan sekolah agama semakin menipis karena yang banyak dibutuhkan di negara industri adalah para teknisi. Dengan demikian,  para lulusan sekolah agama sulit mendapatkan prioritas yang layak dalam program pembangunan, yang secara tidak langsung ikut menentukan nasib dari pendidik Islam di Indonesia pada masa pembangunan dewasa ini.
d)     Perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas.
Perubahan ini menyebabkan hal yang sangat tidak menguntungkan bagi jalan pendidikan Islam di Indonesia.[2]

HM. Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus pendidikan Islam bertanggung jawab terhadap kelangsungan tradisi keislaman dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual.
Selama ini banyak dijumpai pesantren-pesantren yang tersebar dipelosok tanah air, terlalu kuat mempertahankan model tradisi yang dirasakan klasik, sebagai awal dari system pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya pendidikan Islam lebih mengutamakan pada aspek keagamaan, dengan metode klasiknya. Tidak jarag sekolah atau madrasah menolak berbagai bantuan dan perhatian pemerintah hanya karena persoalan-persoalan kecil yang sesungguhnya merugikan perkembangan pendidikan Islam itu sendiri. Kesadaran akan adanya kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga pengelola pendidikan Islam di Indonesia dengan pihak-pihak penguasa terkadang masih merupakan kendala untuk mewujudkan peran pendidikan Islam dalam era pembangunan dewasa ini.
Yang harus disadari adalah lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan Islam memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya pembangunan di negeri ini terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Karena pendidikan yang di jalankan adalah pendidikan Islam, maka yang mendasar di lembaga dan pengelola pendidikan Islam sejak zaman  penjajahan hingga masa pembangunan dewasa ini adalah nilai-nilai islam sebagaimana yang diatur oleh Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. melaksanakan pembanguna dalam sektor pendidikan bagi umat Islam Indonesia merupakan ibadah. Ibadah bagi umat Islam itu terdiri dari atas dua wujud, yaitu:
a.         Melaksanakan doktrin agama atau perintah agama yang telah jelas dan pasti, tanpa menanyakan alasannya atau memikirkan mengapa harus demikian, sebab hal ini mengenai bidang akidah yang harus diyakini kebenarannya. Ibadah dalam pengertian ini berorientasi kepada kehidupan akhirat dan ukhrawi.
b.         Melaksanakan perbuatan-perbuatan yang benar, baik dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi kepentingan bersama meliputi manfaat lahir dan batin. Wujud ibadah yang kedua ini sepenuhnya berada dalam pemikiran dan kewenangan serta kekuasaan manusia untuk melaksanakannya dan berorientasi pada kehidupan duniawi.[3]

Pada saat ini sudah banyak pesantren dan madrasah yang modern dengan mengacu kepada tujuan muslim, maka pendidikan pesantren akan memadukan produk santri untuk memiliki outputnya (lulusan) agar memiliki 3 tipe lulusan yang terdiri dari:
a.     Religius skillfull people yaitu insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, iman yang tangguh sehingga religius dalam tingkah dan prilaku, yang akan mengisi kehidupan tenaga kerja didalam berbagai sector pembangunan.
b.    Religius Community leader, yaitu insane Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri akan menjadi penggerak yang dinamis dalam transformasi sosial dan budaya dan mampu melakukan pengendalian sosial (sosial control).
c.    Religius intelektual, yaitu mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan analisa ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah ilmiah. [4]

B.     Tujuan Setiap Jenjang Pendidikan Islam pada Masa Reformasi
Pada masa ini pendidikan Islam sudah memiliki jenjang yang baku seperti Madrasah Ibtidaiyyah untuk tingkatan dasar. Madrasah Tsanawiyyah untuk tingkatan menengah pertama dan Madrsah Aliyah untuk tingkatan menengah atas. Tujuan Pendidikan Agama Islam berdasarkan jenjang pendidikan, di antaranya yaitu:
1.         Tujuan untuk jenjang pendidikan MI /SD dan MTS / SLTP meliputi:
a)      Tumbuhnya keimanan dan ketaqwaan dengan mulai belajar Al-Qur’an dan praktek-praktek ibadah secara verbalistik dalam rangka pembiasaan dan upaya penerapannya.
b)      Tumbuhnya sikap beretika melalui keteladanan dan penanaman motifasi.
c)      Tumbuhnya penalaran (mau belajar, ingin tahu senang membaca, memiliki inofasi, dan berinisiatif dan bertanggungjawab)
d)     Tumbuhnya kemampuan berkomunikasi sosial.
e)      Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan.

2.         Tujuan pendidikan pada jenjang MA/SLTA meliputi:
a)        Tumbuhnya keimanaan dan ketaqwaan dengan memiliki kemampuan baca tulis Al-qur’an dan praktek-praktek ibadah dengan kesadaran dan keikhasan sendiri.
b)        Memiliki etika.
c)        Memiliki penalaran yang baik.
d)       Memiliki kemampuan berkomunikasi sosial.
e)        Dapat mengurus dirinya sendiri.

Tujuan Pendidikan Tingkat Tinggi didalam penguasaan ilmu pendidikan dan kehidupan praktek ibadahnya bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi telah memiliki kemampuan untuk menyebarkan kepada masyarakat dan menjadi teladan bagi mereka.[5]
Dalam Islam, tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti, oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut. Pemahaman ini bukan berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu pengetahuan (science). Namun, pendidikan Islam memperhatikan segi-segi lainnya. Untuk itu, sebagaimana Dr. Fadhil al Djamaly, umat Islam harus mampu menciptakan sistem pendidikan yang didasari atas keimanan kepada Allah, karena hanya imanlah yang benar yang menjadi dasar pendidikan yang benar dan membimbing umat kepada usaha mendalami hakikat menuntut ilmu yang benar.[6]


BAB III
                                                         PENUTUP        

Sejarah pendidikan pada masa Reformasai dimulai sejak berakhirnya masa orde Baru yang dipimpim oleh Soeharto. Lengsernya Soeharto dari kepresidenan pada tahun 1998 menjadi tonggak dimulainya pendidikan islam pada masa reformasi.
Beberapa hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum terpenuhi secara maksimal ialah: Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan sosial kelas bawah, kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis, Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini, perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas.
Dalam Islam, tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti, oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Mustofa dan Abdullah Ali. 1998. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Suwendi. 2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Gravindo Persada.
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-reformasi.html
"http://berbagi-makalah.blogspot.com/2011/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa.html"
http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html




[1] http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-reformasi.html
[2] http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html
[3] Mustofa dan Abdullah Ali, sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), 150-153.
[4]http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html
[5]"http://berbagi-makalah.blogspot.com/2011/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa.html"
[6] Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Gravindo Persada, 2004), 171.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar