BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai peranan yang besar dalam
memajukan suatu bangsa. Tujuan pendidikan itu merupakan tujuan dari negara itu
sendiri. Bangsa Indonesia merdeka setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus
1945. Kemerdekaan ialah terbebasnya suatu bangsa dari belenggu penjajahan.
Mengamati
perjalanan sejarah pendidikan Islam sungguh menarik dan memiliki proses yang
amat panjang. Perjuangan para tokoh Muslim yang berupaya sekuat tenaga untuk
mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga–lembaga pendidikan Islam
seperti madrasah, pesantren, majlis taklim dan sebagainya. Dari lembaga inilah
kemudian lahir tokoh-tokoh muslim yang berperan besar dalam mewujudkan
kemerdekaan dan membela risalah Islam.
B. Rumasan
Masalah
1. Bagaimana
Pendidikan Islam Pada masa Reformasi?
2. Apa
Tujuan Setiap Jenjang Pendidikan Islam pada Masa reformasi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pendidikan Islam pada masa reformasi
2. Untuk
mengetahui tujuan setiap jenjang pendidikan Islam pada masa reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Islam pada Masa Reformasi
Sejarah
pendidikan pada masa Reformasai dimulai sejak berakhirnya masa orde Baru yang
dipimpim oleh Soeharto. Lengsernya Soeharto dari kepresidenan pada tahun 1998
menjadi tonggak dimulainya pendidikan islam pada masa reformasi.
Reformasi merupakan
suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut
Arti kata dalam bahasa indonesia adalah perubahan secara drastis untuk
perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau
negara. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa
pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era
setelah Orde Baru.[1]
Program
peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh pemerintah Orde Baru akan
mulai berlangsung pada Pelita VII terpaksa gagal, krisis ekonomi yang
berlangsung telah mengubah konstelasi politik maupun ekonomi nasional. Secara
politik, Orde Baru berakhir dan digantikan oleh rezim yang menamakan diri
sebagai “Reformasi Pembangunan” meskipun demikian sebagian besar roh Orde
Reformasi masih tetap berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan,
berupa adanya kebebasan pers dan multi partai.
Dalam bidang pendidikan kabinet
reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai
sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih
demokratis. Tugas jangka pendek Kabinet Reformasi yang paling pokok adalah
bagaimana menjaga agar tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi
dan tidak banyak yang mengalami putus sekolah.
Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis
yang berkepanjangan, beban pemerintah menjadi sangat berat. Sehingga terpaksa
harus memangkas program termasuk didalamnya program penyetaraan guru-guru dan
mentolerir terjadinya kemunduran penyelesaian program wajib belajar 9 tahun.
Sekolah sendiri mengalami masalah berat sehubungan dengan naiknya biaya
operasional di suatu pihak dan makin menurunnya jumlah masukan dari siswa.
Pembangunan di bidang pendidikan pun mengalami kemunduran.
Beberapa
hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan
belum terpenuhi secara maksimal ialah:
a) Distribusi
pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan sosial kelas bawah.
Lapisan
bawah pirsmida sosial ini kurang didekati secara metodologis, nilai dan
potensinya, disamping struktur sosial bawah yang belum mampu mengantisispasi
makna dari pendidikan agama karena mereka memandang arti pendidikan agama
melalui kaca mata materi. Lulisan sekolah agama lebih-lebih sarjananya
dipandang nilai gengsinya lebih rendah di bandingkan dengan para insinyur,
dokter dan sarjana-sarjana lain yang non agama dipandang memiliki masa denpan
jauh lebih baik dari pada sarjana-sarjana agama.
b) Kecenderungan
yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan
masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis.
Hal
ini terlihat pada kenyataan belum berfungsinya lembaga-lembaga keagamaan secara
penuh dalam partisipasi fungsionalnya terhadap pembangunan. Pendidikan Islam
dan lembaga-lembaga agama lainnya memiliki keinginan yang kuat untuk
mengembangkan aspek-aspek ritual keagamaan dan bersifat sektoral, sementara
kebanyakan penerjemahan nilai-nilai keagamaan dan pendidikan agama secara
aktual (bil hal) sangat minim, bahkan masih dalam taraf proses menuju
titik pandang yang strategis. Meskipun pemikiran dan aplikasi pendidikan Islam
kearah masyarakat bawah telah dimulai dirasakan, mengingat pendidikan Islam
yang memang berasal dari masyarakat bawah, akhirnya upaya tersebut belum
berarti banyak.
c) Munculnya
sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi
pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini.
Karena
secara otomatis lahan pekerjaan bagi tamatan sekolah agama semakin menipis
karena yang banyak dibutuhkan di negara industri adalah para teknisi. Dengan
demikian, para lulusan sekolah agama
sulit mendapatkan prioritas yang layak dalam program pembangunan, yang secara
tidak langsung ikut menentukan nasib dari pendidik Islam di Indonesia pada masa
pembangunan dewasa ini.
d) Perubahan-perubahan
sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif
dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas.
Perubahan
ini menyebabkan hal yang sangat tidak menguntungkan bagi jalan pendidikan Islam
di Indonesia.[2]
HM.
Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya
dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai lembaga
pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah bertanggungjawab terhadap
proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus
pendidikan Islam bertanggung jawab terhadap kelangsungan tradisi keislaman
dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik
secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung
secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk
manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual.
Selama
ini banyak dijumpai pesantren-pesantren yang tersebar dipelosok tanah air,
terlalu kuat mempertahankan model tradisi yang dirasakan klasik, sebagai awal
dari system pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya pendidikan Islam lebih
mengutamakan pada aspek keagamaan, dengan metode klasiknya. Tidak jarag sekolah
atau madrasah menolak berbagai bantuan dan perhatian pemerintah hanya karena
persoalan-persoalan kecil yang sesungguhnya merugikan perkembangan pendidikan
Islam itu sendiri. Kesadaran akan adanya kerja sama yang baik antara
lembaga-lembaga pengelola pendidikan Islam di Indonesia dengan pihak-pihak
penguasa terkadang masih merupakan kendala untuk mewujudkan peran pendidikan
Islam dalam era pembangunan dewasa ini.
Yang
harus disadari adalah lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan Islam
memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya pembangunan di negeri ini
terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus
diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera
puteri bangsa yang berkualitas. Karena pendidikan yang di jalankan adalah
pendidikan Islam, maka yang mendasar di lembaga dan pengelola pendidikan Islam sejak
zaman penjajahan hingga masa pembangunan
dewasa ini adalah nilai-nilai islam sebagaimana yang diatur oleh Al-Qur’an dan
sunnah Nabi Muhammad SAW. melaksanakan pembanguna dalam sektor pendidikan bagi
umat Islam Indonesia merupakan ibadah. Ibadah bagi umat Islam itu terdiri dari
atas dua wujud, yaitu:
a.
Melaksanakan doktrin
agama atau perintah agama yang telah jelas dan pasti, tanpa menanyakan
alasannya atau memikirkan mengapa harus demikian, sebab hal ini mengenai bidang
akidah yang harus diyakini kebenarannya. Ibadah dalam pengertian ini
berorientasi kepada kehidupan akhirat dan ukhrawi.
b.
Melaksanakan
perbuatan-perbuatan yang benar, baik dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi
kepentingan bersama meliputi manfaat lahir dan batin. Wujud ibadah yang kedua
ini sepenuhnya berada dalam pemikiran dan kewenangan serta kekuasaan manusia
untuk melaksanakannya dan berorientasi pada kehidupan duniawi.[3]
Pada
saat ini sudah banyak pesantren dan madrasah yang modern dengan mengacu kepada
tujuan muslim, maka pendidikan pesantren akan memadukan produk santri untuk
memiliki outputnya (lulusan) agar memiliki 3 tipe lulusan yang terdiri dari:
a. Religius skillfull people yaitu insan
muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, iman
yang tangguh sehingga religius dalam tingkah dan prilaku, yang akan mengisi
kehidupan tenaga kerja didalam berbagai sector pembangunan.
b. Religius
Community leader, yaitu insane Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri
akan menjadi penggerak yang dinamis dalam transformasi sosial dan budaya dan
mampu melakukan pengendalian sosial (sosial control).
c. Religius
intelektual, yaitu mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan analisa
ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah ilmiah. [4]
B. Tujuan
Setiap Jenjang Pendidikan Islam pada Masa Reformasi
Pada
masa ini pendidikan Islam sudah memiliki jenjang yang baku seperti Madrasah
Ibtidaiyyah untuk tingkatan dasar. Madrasah Tsanawiyyah untuk tingkatan
menengah pertama dan Madrsah Aliyah untuk tingkatan menengah atas. Tujuan
Pendidikan Agama Islam berdasarkan jenjang pendidikan, di antaranya yaitu:
1.
Tujuan untuk jenjang
pendidikan MI /SD dan MTS / SLTP meliputi:
a) Tumbuhnya
keimanan dan ketaqwaan dengan mulai belajar Al-Qur’an dan praktek-praktek
ibadah secara verbalistik dalam rangka pembiasaan dan upaya penerapannya.
b) Tumbuhnya
sikap beretika melalui keteladanan dan penanaman motifasi.
c) Tumbuhnya
penalaran (mau belajar, ingin tahu senang membaca, memiliki inofasi, dan
berinisiatif dan bertanggungjawab)
d) Tumbuhnya
kemampuan berkomunikasi sosial.
e) Tumbuh
kesadaran untuk menjaga kesehatan.
2.
Tujuan pendidikan pada
jenjang MA/SLTA meliputi:
a) Tumbuhnya keimanaan dan ketaqwaan dengan
memiliki kemampuan baca tulis Al-qur’an dan praktek-praktek ibadah dengan kesadaran
dan keikhasan sendiri.
b) Memiliki etika.
c) Memiliki penalaran yang baik.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi sosial.
e) Dapat mengurus dirinya sendiri.
Tujuan
Pendidikan Tingkat Tinggi didalam penguasaan ilmu pendidikan dan kehidupan
praktek ibadahnya bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi telah memiliki
kemampuan untuk menyebarkan kepada masyarakat dan menjadi teladan bagi mereka.[5]
Dalam
Islam, tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti,
oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari
pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang
sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut. Pemahaman ini bukan berarti
bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu
pengetahuan (science). Namun, pendidikan Islam memperhatikan segi-segi
lainnya. Untuk itu, sebagaimana Dr. Fadhil al Djamaly, umat Islam harus mampu
menciptakan sistem pendidikan yang didasari atas keimanan kepada Allah, karena
hanya imanlah yang benar yang menjadi dasar pendidikan yang benar dan
membimbing umat kepada usaha mendalami hakikat menuntut ilmu yang benar.[6]
BAB
III
PENUTUP
Sejarah pendidikan
pada masa Reformasai dimulai sejak berakhirnya masa orde Baru yang dipimpim
oleh Soeharto. Lengsernya Soeharto dari kepresidenan pada tahun 1998 menjadi
tonggak dimulainya pendidikan islam pada masa reformasi.
Beberapa hal
yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum
terpenuhi secara maksimal ialah: Distribusi pembangunan sektor pendidikan
kurang menyentuh lapisan sosial kelas bawah, kecenderungan yang kuat pada
wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah
kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis, Munculnya sektor
industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan
Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini, perubahan-perubahan sosial yang
berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam
dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas.
Dalam Islam,
tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti, oleh
karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan
Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari
proses pendidikan Islam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa dan
Abdullah Ali. 1998. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Suwendi. 2004. Sejarah
dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Gravindo Persada.
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-reformasi.html
"http://berbagi-makalah.blogspot.com/2011/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa.html"
http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html
[1] http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-reformasi.html
[2] http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html
[3] Mustofa dan Abdullah
Ali, sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: CV. Pustaka Setia,
1998), 150-153.
[4]http://www.abunawas.co.tv/2010/03/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar